poh2

poh2

Rabu, 23 Maret 2011

jepang

TOKYO: Pemerintah Jepang mengestimasi kerugian akibat bencana gempa dan tsunami 11 Maret mencapai US$309 miliar (25 triliun yen), hampir empat kali lipat kerugian badai Katrina di Amerika Serikat.
"Kerusakan akibat bencana akan menurunkan produk domestik bruto [PDB] sebanyak 2,75 triliun yen untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April," tulis laporan ekonomi yang dirilis Kantor Kabinet Jepang, hari ini.

Angka yang diproyeksikan setara dengan 0,5% dari PDB Jepang 530 triliun yen dan merefleksikan penurunan produksi akibat gangguan suplai dan kerusakan fasilitas kalangan korporasi, namun tanpa memperhitungkan efek kemungkinan terputusnya aliran listrik.

Jumlah kerugian tersebut merupakan penilaian pertama atas skala kebutuhan dana untuk pemulihan yang mesti ditanggung pemerintahan Perdana Menteri Naoto Kan, setelah gempa menewaskan lebih dari 9.000 nyawa.

Jepang berencana membentuk sebuah badan rekonstruksi untuk mengawasi upaya pembangunan kembali paskagempa. Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) juga telah menginjeksikan likuiditas hingga menyentuh rekor untuk menstabilkan pasar keuangan.

Estimasi kerugian akibat gempa dan tsunami memperhitungkan kerusakan infrastruktur di tujuh kota bagian yang terkena bencana. Menurut anggota Dewan BOJ Ryuzo Miyao, perlu banyak waktu untuk mengatasi kerugian gempa 11 Maret ketimbang gempa Kobe pada 1995.

"Kemampuan untuk menekan aktivitas ekonomi dari sisi suplai lebih besar dari gempa Kobe. Kami harus memikirkan bahwa segala efeknya dapat berlangsung cukup lama. Efek jangka pendek tidak sedikit," tutur Miyao dalam pidatonya di Oita, sebelah selatan Jepang.

Pemerintah negara yang ekonominya tersalip China sebagai terbesar kedua di dunia ini telah memproyeksikan pertumbuhan PDB untuk tahun fiskal yang dimulai 1 April akan mencapai 1,5%, lebih lemah dari tahun fiskal berjalan yang diperkirakan tumbuh 3,1%. (dea/hwi)
AddThis Social Bookmark Button

Tidak ada komentar:

Posting Komentar